Kamis, 25 Januari 2018

Posted by Aldy Forester | File under : , ,
Assalamu alaikum sahabat blogger. Semoga sehat walafiat.
Pernah mendengar ungkapan ini? "Saya tidak dapat merubah arah angin, tapi saya bisa menyesuaikan arah pelayaran saya untuk menggapai tujuan saya"

Sahabat..
Pernahkah anda mengamati perahu layar yang berlayar di laut?
Tahukah Anda bahwa perahu layar dapat berlayar melawan angin?
Mana yang lebih menentukan arah perahu layar tersebut, arah angin atau arah layar? Tentu saja arah layar. Buktinya, ada angin kencang bertiup dari arah selatan, tetapi tetap saja perahu tersebut bisa bergerak ke arah barat atau timur. Bahkan, pelaut yang berpengalaman bisa berlayar ke arah yang bertentangan dengan arah angin itu. Pelaut tersebut memang tidak bisa mengubah arah angin, tapi dia bisa mengubah arah layarnya menuju tempat yang dikehendakinya.

Jika angin mendorong perahu layar ke arah ia ingin berlayar, itu bagus.
Tapi bagaimana jika angin bertiup ke arah berlawanan?
Saya mempelajari bahwa perahu layar, dengan suatu siasat yang disebut “tacking”,
dapat menyesuaikan layarnya dan bergerak dengan zigzag, bergerak ke arah angin.

Anda adalah perahu layar. Keadaan yang terjadi di sekeliling Anda adalah angin. Dan perkataan dan keputusan Anda adalah layar Anda.

Anda tidak dapat mengendalikan angin.
Hal yang sama,Anda juga tidak dapat mengendalikan keadaan Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan ekonomi.
Anda tidak dapat mengendalikan atasan Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan suami Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan apa yang dipikirkan orang lain.
Dan Anda tidak dapat mengendalikan ibu mertua Anda.
Tapi inilah yang dapat Anda kendalikan:
Anda dapat mengendalikan perkataan dan apapun keputusan Anda.

Dan sama halnya menyesuaikan layar dari perahu layar, dengan kekuatan Personal Power Anda, Anda masih dapat bergerak melawan angin. Itu Bila anda tahu Ilmunya.... :)

Gambaran tersebut di atas sangat mirip dengan kehidupan kita. Yang menentukan tercapai tidaknya tujuan kita, bukanlah arah angin yaitu situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling kita. Yang menentukan adalah arah layar yaitu keputusan kita dalam situasi dan kondisi tersebut.

Kadangkala kita dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang sama sekali bertentangan dengan tujuan yang hendak kita capai. Masalah, pergumulan, tekanan hidup, dan situasi di sekeliling kita mencoba menjauhkan kita dari tujuan yang kita apai. Namun ingatlah, bahwa hidup ini adalah pilihan. Kita bisa saja dipengaruhi oleh situasi dan keadaan, tapi kita juga bisa mempengaruhi situasi dan keadaan tersebut. Ingatlah bahwa arah layar yang menentukan, bukan arah angin.

Kita memang tidak bisa mengubah arah angin. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengubah situasi dan kondisi yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak bisa menolak datangnya masalah. Meski demikian, kita bisa mengubah arah layar. Kita bisa mengubah masalah menjadi berkat. Apa yang dialami oleh Nabi Yusuf AS sepertinya bertentangan dengan mimpi atau tujuan yang diharapkannya. Arah angin mencoba menjauhkan Yusuf dari mimpinya. Bukannya menjadi raja, tapi Yusuf justru dijual sebagai budak, difitnah dan dipenjara. Meski demikian, Yusuf meresponi semua hal yang terjadi tersebut dengan positif. Dia tidak menyerah kalah, sebaliknya dia terus mengarahkan layar menuju kepada mimpi yang Tuhan janjikan, hingga pada akhirnya tujuan Yusuf tercapai, yaitu menjadi raja muda di Mesir.

Kemana arah angin tidaklah terlalu penting. Yang penting adalah bagaimana kita mengarahkan layar kita.

 Setiap pribadi diibaratkan seperti perahu. Perahu adalah suatu media yang digunakan untuk berlayar, kokoh karena dapat menahan beban, terbuat dari bahan kayu terbaik dan layar yang dapat menaklukkan angin yang sangat angkuh dan tidak bersahabat. Ingatlah kegunaan perahu untuk berlayar, kalau tidak berlayar bukan perahu namanya. Menaklukkan besarnya ombak, menentang angin dan mengarungi samudra denagn satu tujuan yaitu menuju pulau impian.

Apa gunanya perahu kalau hanya bertengger di dermaga sebagai penghias saja. Dermaga itu hanya masa lalu dan masa depan ada di pulau impian yang menjadi incaran setiap perahu yang sedang berlayar. Lepaskanlah tali pembalat itu, berlayarlah! Tali itu hanyalah penyesalan dan ketakutan yang masih bersembunyi dibalik dirimu. Jangan biarkan dermaga menjadi penghalang ke pulau impian, dialah masa lalu yang merenggut masa depanmu. Lepaskan dirimu dari penyesalan dan ketakutan, berlayarlah!

Yang memisahkan perahu dan pulau impian adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan kita dari keberhasialan adalah masalah yang menantang, disitulah letaknya kesejatian. Hakikat perahu adalah berlayar menaklukkan gelombang dan badai. Hakikat kita adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Link : Naqsdna

  ================================================

ANDA BELUM JOIN PAYTREN?
Silahkan Klik Banner Berikut

http://bit.ly/PayTren_Join
 

 

0 komentar:

Posting Komentar