Jumat, 25 Mei 2018

Posted by Admin | File under : , , ,

Assalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh sahabat blogger.
Saya ucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, Marhaban Yaa Ramadhan 1439 H bagi sahabat-sahabat saya yang Muslim.
Kali ini saya mencoba untuk berbagi info yang masih ada kaitannya dengan suasana Ramadhan.

Baca juga : 
Jasa Pembuatan Landing Page PayTren
Cara Meraih 10 Juta Pertama di PayTren
http://bit.ly/PayTren-Link
Masyarakat Indonesia pada umumnya mengenal istilah "IMSAK" sebagai batas akhir makan sahur Ramadhan. Biasanya disebagian daerah, waktu imsak ini akan diumumkan di mesjid-mesjid jika sudah masuk waktunya. Hal itu juga sekaligus merupakan tanda bahwa waktu subuh akan segera tiba.

Namun, ternyata pemahaman masyarakat terhadap istilah imsak yang demikian itu sangatlah keliru. Seperti dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat, imsak sejatinya merupakan nama lain dari puasa.

"Saya ulang, kalau subuh masih boleh makan? Tidak...(jawab jamaah). Kalau imsak, boleh? Boleh...(jawab jamaah). Tuh salah lagi," terang Ustadz Adi Hidayat.

Ibu dan bapak, imsak itu nama lain dari puasa. Silahkan lihat di kitab fikih manapun, yang paling tebal sampai yang paling tipis, bahasanya begini..."

Selengkapnya, simak uraian Ustadz Adi Hidayat tentang salah kaprah istilah imsak dalam video berikut ini :


Demikian tulisan saya kali ini, semoga kita semua mendapatkan pencerahan dan lebih memahami lagi istilah-istilah dalam bulan Ramadhan. Aamiin.

Wassalam (Aldy Forester)

Sumber : Inspira Data

 ================================
BELUM JOIN PAYTREN??

KLIK BANNER BERIKUT UNTUK INFO PAYTREN

http://bit.ly/PayTren-Link


Rabu, 16 Mei 2018

Posted by Admin | File under : ,

Assalamu alaikum sahabat blogger yang budiman.
Sebelumnya saya mau mengucapkan Selamat Menjalankan Ibadah Puasa 1439 H, Marhaban Ya Ramadhan.
Sekian lama saya tidak berkunjung ke blog, Insya Allah hari ini sy mau memberikan sebuah cerita inspirasi
Berikut kisahnya :

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu.

Posted by Aldy Forester | File under : ,
" The Secret "

~ Saat kita memberi » kita akan menerima

~ Saat kita menolong org lain » pada saat yang sama kita sedang menolong diri sendiri.

~ Apa yg kita lakukan untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan untuk diri kita sendiri.

• Inilah rahasia kehidupan yang tersembunyi bagi banyak orang.

» Bukan karena mereka tidak melihat kebenaran ini, tapi karena mereka tidak mempercayainya.

Karena itu banyak orang lebih berbahagia menerima daripada memberi, lebih suka ditolong daripada menolong. Hidup hanya berpusat kepada diri sendiri.

ฮ‘da ilustrasi menarik :

๐Ÿ˜ŽSeorang buta sedang berjalan dengan tongkatnya di malam hari.

Tangan kanannya memegang tongkat sementara tangan kirinya membawa lampu๐Ÿ•ฏ

Pemandangan ini cukup mengherankan bagi seorang pria yang kebetulan melihatnya.

Supaya tidak penasaran,
pria itu bertanya, "Mengapa anda berjalan membawa lampu?"

Orang buta itu menjawab,
"Sebagai penerangan."

Dengan heran pria iฯ„u bertanya lagi, "Tapi.. bukankah anda buta & tetap tidak bisa melihat jalan meski ada lampu penerangan?"

Orang buta itu tersenyum sambil menjawab;
"Meski saya tidak bisa melihat, orang lain bisa melihatnya."

Selain membuat jalanan menjadi terang, hal ini juga menghindarkan orang lain untuk tidak menabrak saya."

» Disaat kita melakukan sesuatu untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri.*

Kita diingatkan untuk tidak jemu2 berbuat baik.

Ini sebuah rahasia kehidupan untuk hidup yang penuh berkat, berkelimpahan & bahagia.

"APA YANG  KITA LAKUKAN UTK ORANG LAIN, SUATU SAAT PASTI  AKAN KEMBALI"

๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

http://kontakk.com/@aldyforester

Sabtu, 10 Februari 2018

Posted by Aldy Forester |

Pemilu Legislatif atau biasa disebut Pileg sudah semakin dekat, kalau tidak salah nanti tahun 2019.
Setiap menjelang Pemilu Legislatif, yang paling sering terlihat adalah semakin maraknya atribut kampanye seperti baliho dan bendera parpol yang ukurannya sangat besar. Biasanya dipasang di pinggir jalan khususnya di tempat strategis seperti perempatan dan pertigaan. Pemasangan atribut kampanye yang terlalu banyak itu membuat pemandangan menjadi kurang sedap. Tidak sedikit masyarakat yang merasa terganggu dengan pemandangan seperti itu, walaupun sebagian besar hanya bisa pasrah dan mungkin mengumpat dalam hati.

Lucunya, penampilan para Caleg di baliho-baliho pada umumnya seirama dengan ciri sebagai berikut :

  • Menggunakan foto setengah badan super besar
  • Mimik wajah dalam foto sedang tersenyum (atau terpaksa senyum)
  • Kedua telapak tangan dicakupkan seolah mengucapkan salam
  • Terdapat tulisan besar “Mohon doa restu dan dukungnnya” *entah ‘nya’ siapa yang dimaksud
  • Tidak lupa, ditambah tulisan “Mohon coblos nomor xxx
  • Lambang partai tidak terlalu menonjol seperti jaman dulu
  • Kadang ditambah jargon “Berkorban Untuk Masyarakat”, “Mensejahterakan rakyat”, “bla..bla..bla..”
  • Dan seterusnya, silahkan tambahkan sendiri
Yang membuat miris adalah, tidak satu pun diantara baliho yang tersebut bisa memberikan gambaran tentang apa yang ditawarkan oleh si caleg. Intinya, mereka hanya berlomba memasang baliho sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya dengan harapan masyarakat bisa tertarik untuk memilih mereka.
Belum ada yang berani memasang janji yang riil jika masyarakat memilih mereka, misalnya dengan tulisan “Jika anda mau memilih saya, saya berjanji akan membuat perda agar pembangunan hotel di Buton di stop!“. Atau yang yang lain misalnya “Pilih saya menjadi anggota DPR, saya berjanji akan membuat angkutan umum murah tersedia sampai ke pelosok Buton“.


Jadi bukan hanya kalimat standar dan muluk-muluk seperti yang ada selama ini. Dan jika memang merasa tidak bisa berbuat apa-apa setelah menjadi anggota DPR ya sebaiknya urungkan saja niat menjadi Caleg. Apalagi menjadi DPR seharusnya bukan sebuah harga mati, bukan target yang harus diperjuangkan mati-matian dengan mengorbankan segalanya khususnya ekonomi.
Sebab menjadi DPR sebenarnya merupakan sebuah mandat dari masyarakat. Mandat dalam arti sebenarnya, artinya DPR ditugaskan mewakili sekian ribu masyarakat sehingga bisa membuat sebuah aturan, keputusan, kebijakan dan lainnya yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Jadi jika seorang Caleg pada akhirnya gagal, seharusnya mereka tidak perlu kecewa, tidak perlu stress, karena itu artinya kita belum dipercaya untuk menjalankan tugas.
Yang menjadi masalah adalah jika menjadi DPR adalah “keinginan menggebu” seorang Caleg, dan celakanya dia menggunakan berbagai macam cara untuk menarik minat masyarakat agar memilihnya. Tentunya dengan melakukan berbagai macam pencitraan seperti mengadakan kunjungan ke tempat/komunitas tertentu, memberikan bantuan baik berupa uang dan barang serta berbagai hal lainnya. Cara-cara ini mungkin tidak salah, tetapi merupakan cara yang keliru, tidak mendidik.
Yang lebih bijak, seorang Caleg harusnya cukup melakukan sosialisasi saja, tidak perlu memberikan bantun ini itu. Sosialiasasi ini tujuan untuk memperkenalkan diri serta menjabarkan rencana / program kerja / ide / gagasan serta janji di Caleg jika masyarakat mau memilihnya. Sosialisasi bisa dilakukan dengan cara tatap muka langsung ataupun menggunakan media lain seperti alat peraga (baliho, bendera, spanduk), media massa (koran, televisi, dll), dan juga internet. Media yang paling murah tentu saja internet, yang media inilah yang harusnya lebih banyak dimaksimalkan karena memungkinkan adanya komunikasi dua arah.
Internet memungkinkan adanya interaksi antara Caleg dan masyarakat calon pemilih. Berbeda dengan media lain seperti baliho, bendera, spanduk, iklan koran dan televisi dimana komunikasi hanya satu arah yaitu dari Caleg ke masyarakat / calon pemilih. Masyarakat seperti dipaksa untuk menerima apapun yang dikatakan oleh si Caleh tanpa bisa membantah, mengomentari atau pun memberikan masukan.
Tahap sosialisasi atau yang lebih dikenal dengan kampanye harusnya memungkinkan komunikasi dua arah. Jika melakukan tatap muka langsung, tentu membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Masyarakat juga harus berkumpul di suatu tempat, si Caleg juga harus melakukan banyak kunjungan serta dana yang tidak sedikit. Sedangkan komunikasi dua arah melalui internet bisa menjangkau semuanya tanpa harus berkumpul di satu tempat dan di satu waktu yang sama.
Satu-satunya kekurangan media internet adalah belum meratanya kemampuan masyarakat menggunakan internet. Benar ini adalah sebuah masalah. Ya ini adalah masalah, sekali lagi masalah. Nah, bagi seorang Caleg, sebuah masalah harusnya bisa dicarikan solusi. Jadi di baliho yang super besar itu Caleg harusnya berani menampilkan janji “Pilih saya menjadi anggota DPR dan saya akan sediakan koneksi internet gratis di setiap balai desa se kota Bau-Bau“.
Gimana, berani….?? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚
Link : BaleBengong

Kamis, 25 Januari 2018

Posted by Aldy Forester | File under : , ,
Assalamu alaikum sahabat blogger. Semoga sehat walafiat.
Pernah mendengar ungkapan ini? "Saya tidak dapat merubah arah angin, tapi saya bisa menyesuaikan arah pelayaran saya untuk menggapai tujuan saya"

Sahabat..
Pernahkah anda mengamati perahu layar yang berlayar di laut?
Tahukah Anda bahwa perahu layar dapat berlayar melawan angin?
Mana yang lebih menentukan arah perahu layar tersebut, arah angin atau arah layar? Tentu saja arah layar. Buktinya, ada angin kencang bertiup dari arah selatan, tetapi tetap saja perahu tersebut bisa bergerak ke arah barat atau timur. Bahkan, pelaut yang berpengalaman bisa berlayar ke arah yang bertentangan dengan arah angin itu. Pelaut tersebut memang tidak bisa mengubah arah angin, tapi dia bisa mengubah arah layarnya menuju tempat yang dikehendakinya.

Jika angin mendorong perahu layar ke arah ia ingin berlayar, itu bagus.
Tapi bagaimana jika angin bertiup ke arah berlawanan?
Saya mempelajari bahwa perahu layar, dengan suatu siasat yang disebut “tacking”,
dapat menyesuaikan layarnya dan bergerak dengan zigzag, bergerak ke arah angin.

Anda adalah perahu layar. Keadaan yang terjadi di sekeliling Anda adalah angin. Dan perkataan dan keputusan Anda adalah layar Anda.

Anda tidak dapat mengendalikan angin.
Hal yang sama,Anda juga tidak dapat mengendalikan keadaan Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan ekonomi.
Anda tidak dapat mengendalikan atasan Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan suami Anda.
Anda tidak dapat mengendalikan apa yang dipikirkan orang lain.
Dan Anda tidak dapat mengendalikan ibu mertua Anda.
Tapi inilah yang dapat Anda kendalikan:
Anda dapat mengendalikan perkataan dan apapun keputusan Anda.

Dan sama halnya menyesuaikan layar dari perahu layar, dengan kekuatan Personal Power Anda, Anda masih dapat bergerak melawan angin. Itu Bila anda tahu Ilmunya.... :)

Gambaran tersebut di atas sangat mirip dengan kehidupan kita. Yang menentukan tercapai tidaknya tujuan kita, bukanlah arah angin yaitu situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling kita. Yang menentukan adalah arah layar yaitu keputusan kita dalam situasi dan kondisi tersebut.

Kadangkala kita dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang sama sekali bertentangan dengan tujuan yang hendak kita capai. Masalah, pergumulan, tekanan hidup, dan situasi di sekeliling kita mencoba menjauhkan kita dari tujuan yang kita apai. Namun ingatlah, bahwa hidup ini adalah pilihan. Kita bisa saja dipengaruhi oleh situasi dan keadaan, tapi kita juga bisa mempengaruhi situasi dan keadaan tersebut. Ingatlah bahwa arah layar yang menentukan, bukan arah angin.

Kita memang tidak bisa mengubah arah angin. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengubah situasi dan kondisi yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak bisa menolak datangnya masalah. Meski demikian, kita bisa mengubah arah layar. Kita bisa mengubah masalah menjadi berkat. Apa yang dialami oleh Nabi Yusuf AS sepertinya bertentangan dengan mimpi atau tujuan yang diharapkannya. Arah angin mencoba menjauhkan Yusuf dari mimpinya. Bukannya menjadi raja, tapi Yusuf justru dijual sebagai budak, difitnah dan dipenjara. Meski demikian, Yusuf meresponi semua hal yang terjadi tersebut dengan positif. Dia tidak menyerah kalah, sebaliknya dia terus mengarahkan layar menuju kepada mimpi yang Tuhan janjikan, hingga pada akhirnya tujuan Yusuf tercapai, yaitu menjadi raja muda di Mesir.

Kemana arah angin tidaklah terlalu penting. Yang penting adalah bagaimana kita mengarahkan layar kita.

 Setiap pribadi diibaratkan seperti perahu. Perahu adalah suatu media yang digunakan untuk berlayar, kokoh karena dapat menahan beban, terbuat dari bahan kayu terbaik dan layar yang dapat menaklukkan angin yang sangat angkuh dan tidak bersahabat. Ingatlah kegunaan perahu untuk berlayar, kalau tidak berlayar bukan perahu namanya. Menaklukkan besarnya ombak, menentang angin dan mengarungi samudra denagn satu tujuan yaitu menuju pulau impian.

Apa gunanya perahu kalau hanya bertengger di dermaga sebagai penghias saja. Dermaga itu hanya masa lalu dan masa depan ada di pulau impian yang menjadi incaran setiap perahu yang sedang berlayar. Lepaskanlah tali pembalat itu, berlayarlah! Tali itu hanyalah penyesalan dan ketakutan yang masih bersembunyi dibalik dirimu. Jangan biarkan dermaga menjadi penghalang ke pulau impian, dialah masa lalu yang merenggut masa depanmu. Lepaskan dirimu dari penyesalan dan ketakutan, berlayarlah!

Yang memisahkan perahu dan pulau impian adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan kita dari keberhasialan adalah masalah yang menantang, disitulah letaknya kesejatian. Hakikat perahu adalah berlayar menaklukkan gelombang dan badai. Hakikat kita adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Link : Naqsdna

  ================================================

ANDA BELUM JOIN PAYTREN?
Silahkan Klik Banner Berikut

http://bit.ly/PayTren_Join