Menjadi orang
baik mungkin tidak susah. Tetapi bisa menjadi orang baik lagi benar tentu tidak
mudah. Karena seringkali kita menjadi orang baik bukan atas kebaikan sejati.
Lebih karena kepura-puraan.
Melakukan
perbuatan baik belum tentu bisa dikatakan benar. Sebaliknya melakukan hal benar
belum pasti akan dianggap perbuatan baik.
Dunia ini
mengajarkan kepada kita, bahwa perbuatan baik yang dilakukan seseorang belum
tentu hal itu benar adanya.
Karena kebaikan
yang dilakukannya belum tentu berasal dari hati yang benar.
Perbuatan
yang dianggap baik itu belum tentu membawa manfaat yang baik.
Seorang
politikus terkenal dermawan. Suka menolong tetangganya yang kesulitan. Sering
mengadakan acara keagamaan. Bagi-bagi sembako dan amplop. Oleh masyarakat ia
dianggap orang baik. Tetapi ternyata semua dana yang digunakan didapat dari
hasil mengakali dana yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat.
Ada lagi
seorang anak juragan. Oleh teman-temannya dianggap orang baik. Karena begitu
dermawan. Maka, setiap ada kesempatan selalu membelikan minuman keras untuk
teman-temannya saat berkumpul.
Ada juga
orang yang benar-benar melakukan perbuatan yang benar. Tetapi tidak selalu
dianggap baik.
Misalnya
seorang teman yang melarang teman agar tidak minum minuman keras dan berjudi.
Bukannya berterima kasih, malahan dianggap sok alim. Banyak omong.
Ketika di
kantor semua teman-teman kompak untuk korupsi. Sementara kita menolak.
Resikonya justru kita dianggap tidak baik. Tidak solider.
Di dunia ini
banyak orang baik. Tetapi sulit untuk menemukan orang yang baik lagi benar.
Banyak orang yang baik di mata manusia. Baik menurut pengertian sendiri. Baik
menurut kacamata duniawi.
Namun belum
tentu baik di hadapan Tuhan. Karena banyak kebaikan yang dilakukan berpamrih.
Bukan dari ketulusan hati.
Termasuk
golongan manakah kita ini? Tentu hanya diri kita yang tahu dan pasti
jawabannya. Tidak perlu bertanya kepada siapa-siapa. Itupun kalau kita mau
jujur pada diri sendiri.
Link : Kompasiana
0 komentar:
Posting Komentar